Belajar Dari Siren Moon Dan Doyok, Esports Franchise Kurang Baik?

Ada insiden di Mobile Legends yang mungkin agak tidak masuk akal, yaitu Siren Moon dan Doyok. Mereka terkena masalah yang sebenarnya kecil dan tidak berarti, tetapi hukumannya dianggap berlebihan.

Dari beberapa insiden yang sudah terjadi, mungkin kita bisa belajar banyak di skena esports. Sebut saja skena Mobile Legends yang menggunakan franchise. Apakah esports franchise kurang baik?

Ada insiden di Mobile Legends yang mungkin agak tidak masuk akal, yaitu Siren Moon dan Doyok. Mereka terkena masalah yang sebenarnya kecil dan tidak berarti, tetapi hukumannya dianggap berlebihan.

Yang dilakukan para pemain yang bersangkutan sebenarnya tidak terlalu besar. Hanya sebuah gestur dan juga katanya melanggar kode profesionalisme saja. Hal ini cukup aneh karena rulebook yang berbelit.

Nah bisa dibilang ini karena kompetisi tersebut menggunakan sistem franchise yang mana ada aturan tambahan. Harus mengikuti beberapa aturan broadcastin tentunya menghalangi para pemain.

Esports Franchise Kurang Baik?

Akhir-akhir ini ada masalah yang mengenai Siren Moon. Hal ini hanya karena masalah gestur yang dikeluarkan oleh para pemain mereka. Karena hal ini para pemain yang bersangkutan terkena penalty dan hukuman.

Tidak hanya Siren Moon saja karena ada beberapa pemain lainnya yang pernah terkena masalah ini. Salah satunya adalah pemain NGID Aiko dan Geek Fam Doyok yang juga terkena masalah seperti ini.

Semuanya hampir sama akar masalahnya yaitu gestur. Ada yang dibilang menggunakan gestur yang memiliki sexual innuendo dan juga non profesional juga dianggap “toxic”. Hal ini menurut saya agak berlebihan ya.

Hal ini karena ada aturan dari penyelenggara yang terlalu tunduk kepada aturan broadcasting. Para pemain terpaksa mengikutinya karena masih terikat kontrak dengan team yang juga terikat MoU juga kontrak dengan liga.

Menariknya hal ini hanya atau seringkali terjadi di sistem franchise. Tidak hanya Mobile Legends karena ada yang lain juga, misalnya Overwatch yang menggunakan OWL. Oleh sebab itu dengan adanya sistem franchise ini, agak kurang begitu baik.

xQc, OWL, Dan Toxicity

Salah satu streamer terbesar di dunia dan mantan pemain Overwatch ini juga pernah terkena masalah yang bisa dibilang mirip, karena aturan franchise. Félix “xQc” Lengyel tidak hanya sekali, bahkan dua kali terkena masalah.

Yang pertama adalah ketika streaming, dirinya membuat komen yang terkesan toxic dan pedas kepada Muma. Dirinya terkena denda dan penalty 4 games. Tetapi tidak berhenti disitu saja.

Dirinya juga terkena masalah lagi ketika menonton OWL, ya dirinya tidak bermain saat itu. xQc melakukan komen di chat dengan emot TriHard 7 yang dianggap rasis. Padahal dirinya tidak tahu dan tidak bermaksud saat itu. Setelah insiden tersebut Felix keluar dari team.

Butuh Evaluasi Dan Perbaikan

Menurut saya tetap saja sistem non-franchise lebih baik. Hal ini karena para team dan pemain bisa lebih bebas berekspresi dan juga lebih maksimal. Dengan franchise, BM dan banter akan sulit lebih terjadi.

Terlebih di Indonesia misalnya, para penonton yang banyak dibawah umur seringkali menjadi pertimbangan. Oleh sebab itu sistem franchise akan berbelit dan memiliki aturan yang kurang jelas.

Aturan perlu di evaluasi dan diperbaiki juga menggunakan open league. Bahkan, mungkin dengan sistem Dota atau CSGO dimana banyak EO yang saling berebut bisa jadi hal yang lebih tepat untuk perkembangan skena.

Ikuti juga media sosial kami di Instagram.

Website ini menggunakan Coookie untuk kestabilan akses, Apakah kamu menerimanya? Terima!Detail Tetang Cookie