Sisi Gelap Ticketing Dota 2 The International 2019

Dibalik rekor tersebut banyak berbagai keboborokan yang mulai diungkapkan setelah event ini selesai digelar

Dota 2: The International menggelar turnamen berkalanya ke-sembilan di Shanghai, Tiongkok dengan tim OG menjadi pemenangnya dan berhak meraih hadiah USD 15,5 juta. OG juga berhasil mencetak nama timnya menjadi pemenang The International (TI) selama dua tahun berturut-turut. Namun, ada sisi gelap Ticketing Dota 2 The International 2019

Diselenggarakan di venue megah Mercedes-Benz Arena, Dota 2: The International mencetak berbagai rekor baik dari segi pendapatan, jumlah penonton, tayangan live streaming, ataupun jumlah hadiah besarnya.

Dibalik rekor tersebut banyak berbagai keboborokan yang mulai diungkapkan setelah event ini selesai digelar mencakup ticketing, bahkan hingga urusan internal dalam tim. Di mana melibatkan pensiunnya salah satu pro player kenamaan, Pan “Fade” Yi yang sudah diberitakan sebelumnya.

Secara garis besar, kebobrokan penyelenggaraan The International lebih dilimpahkan kepada regulator lokal setempat yang didukung pula oleh  ekosistem E-Sport Tiongkok yang terlalu strict.

Sisi Gelap Ticketing Dota 2 The International 2019

Esport Observer mengungkapkan jika para penggemar harus menghadapi harga tiket yang tiba-tiba melambung tinggi tidak terkendali untuk menonton pertandingan The International.

Masalah ticketing juga dianggap terlalu bias terhadap penggemar Internasional yang berasal dari luar Tiongkok dengan mempersulit mereka untuk membeli tiket. Akibat hal ini para penggemar menuntut jika penyelenggaraan The International lebih baik diadakan di Eropa ataupun Amerika.  Benar saja jika The International tahun depan akan diadakan kembali Swedia.

Sisi Gelap Ticketing Dota 2 The International 2019
mineski

Masih masalah ticketing, muncul dugaan yang menganggap jika para calo berperan besar mengenai masalah harga tiket selama The International berlangsung.

Para calo ini berkeliaran karena cela sistem baru yang diterapkan oleh penyelenggara. Yakni dengan sistem yang sebelumnya penonton akan mendapatkan kursi secara acak. Di The International Shanghai kali ini penonton dapat memilih posisi duduknya sendiri dengan harga yang berbeda-beda tentunya.

Media lokal setempat, Shanghai Morning Post bahkan menuduh penyelenggara “membantu” praktik ini karena adanya laporan. Jika penonton dapat mengubah posisi duduknya dengan membayar lebih.

Sistem ticketing kali ini juga tidak diwajibkan untuk menggunakan identitas asli untuk membeli tiket. Hal ini berakibat pada satu orang yang dapat membeli tiket sebanyak mungkin. Pembeli tersebut pun dapat menjualnya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Kedapatan pula beberapa penonton yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam arena The International.  Penonton tersebut diketahui jika tiket mereka yang hanya dicetak menggunakan kertas merupakan palsu karena mudahnya untuk menduplikasi.

Hingga artikel ini ditulis, masih belum ada klarifikasi resmi dari penyelenggara The International

Website ini menggunakan Coookie untuk kestabilan akses, Apakah kamu menerimanya? Terima!Detail Tetang Cookie