Film Indonesia Terbaik 2018 – 2019

Film Indonesia memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dengan film luar negeri, seperti film pabrikan Hollywood. Walaupun kita kalah dalam teknologi industri perfilman, namun hasil dari film Indonesia mempunyai alur cerita dan pengembangan karakter yang dibawakan didalam film terasa natural. Dengan menonton film, banyak hal yang bisa dipelajari tentunya dari pesan-pesan yang ada dalam film tersebut.  Nah sekarang, esportsku sudah mengumpulkan beberapa judul dan sinopsis untuk film – film Indonesia terbaik dan mempunyai nilai maupun pesan yang bisa diambil dalam film ini.

27 Step of May (2019)

27 Steps of May merupakan sebuah film yang mencoba membangkitkan kesadaran publik mengenai isu “kekerasan seksual”, yang meletakkan fokusnya kepada korban beserta keluarganya dan memperlihatkan bagaimana mereka harus menanggung dampak secara psikologis yang tidak ringan. Dalam konteks film, korban yang dimaksud adalah seorang perempuan bernama May. May adalah seorang perempuan yang pernah mengalami pemerkosaan saat ia berusia 14 tahun. Kejadian tragis yang ia terima saat remaja membuat May tumbuh menjadi perempuan yang berbeda. May yang dirundung trauma pun memilih untuk mengurung diri di rumah. Dalam segala tindak-tanduknya ini, May tak melakukan kontak mata maupun berkomunikasi dengan sang ayah yang terus menyalahkan dirinya sendiri lantaran tak sanggup melindungi putri semata wayangnya tersebut. Kehidupan dua manusia yang begitu hampa, muram, serta dingin ini perlahan mulai berubah setelah seorang pesulap yang pindah ke sebelah rumah mereka. Melalui dinding kamarnya yang terkelupas, May diam-diam mengintip sang pesulap kala melatih atraksi-atraksinya yang perlahan tapi pasti mendorong May untuk bangkit dari keterpurukannya.

Di film “27 Steps of May”, Anda akan disuguhkan adegan demi adegan yang menunjukkan rutinitas May di rumah. Mulai dari ia bangun pagi, mandi, menyetrika bajunya, mengisi keseharian dengan membuat baju boneka, makan dengan hidangan serba putih, hingga ia tidur. Sekilas rutinitas May terkesan membosankan, tapi itulah awal paling penting dari cerita di film ini. Pelan-pelan, Anda akan diajak melihat beberapa perubahan pada rutininas May. Alasan mengapa May bersikap sedikit aneh dengan rutinitasnya pun terjawab pelan-pelan. Intinya, Anda diajak mengalami proses May melepaskan diri dari trauma pelan-pelan. Film ini menjadi terobosan baru di industri perfilman Indonesia. Tidak banyak dialog dipertontonkan di sepanjang durasi 1 jam 55 menit penayangan film. Namun, penonton tidak akan mengalami kesulitan memahami film ini karena akting para pemainnya yang begitu kuat. Tema kekerasan seksual pada perempuan memang sangat menyentil. Selama ini banyak kasus pelecehan maupun kekerasan seksual berakhir menggantung tanpa ada perlindungan pada korban.

Detail Film

Tanggal Tayang: 27 April 2019

Durasi: 1 jam 52 menit

Sutradara: Ravi L. Bharwani

Penulis: Rayya Makarim

Pemain: Raihaanun Soeriaatmadja, Lukman Sardi, Ario Bayu

Genre: Drama

Rate: 8.2/10 (IMDB.com)

Dilan 1990 (2018)

Masa SMA memang menjadi salah satu momen tak terlupakan di kehidupan sebagian orang. Enggak heran kalau banyak film tentang masa SMA yang menceritakan tentang persahabatan dan tentu saja kisah cinta, seperti film Dilan 1990 yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq. Pada saat turun layar, Dilan 1990 telah disaksikan oleh 6.315.664 penonton, menempatkannya sebagai film Indonesia terlaris sepanjang 2018 dan terlaris kedua sepanjang masa.

Kisah Dilan dan Milea dimulai saat perkenalan tak biasa mereka di sebuah SMA di Bandung. Cerita dimulai ketika September 1990, Milea dan keluarganya pindah ke Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya mereka tinggal di Ibu Kota Jakarta. Di sekolah, ia bertemu dengan panglima geng motor yang tampan dan tengil, Dilan. Bukannya memperkenalkan diri, saat bertemu, Dilan malah bilang kalau Milea suatu hari nanti akan naik motor dengannya dan menjadi kekasihnya. merupakan sosok yang pintar, baik hari dan romantis. Ia punya cara sendiri untuk bisa mendekati Milea. Meski cara bicaranya terdengar kaku, dan punya cara unik untuk mengenal Milea, tapi sikap inilah yang bikin Milea semakin penasaran dan ingin dekat dengan Dilan.

Rayuan gombal nan urakan dari Dilan seketika membuat hati Milea luluh. Ramalan pertemuan di kantin sekolah, Undangan aneh, Hadiah ulangtahun buku TTS (Teka-Teki Silang) yang sudah terisi semua, menyamar sebagai utusan kantin sekolah, “serbuan” rayuan maut yang lucu dan polos di telepon maupun angkot hingga mengirim tukang pijat spesial, membuat Milea semakin penasaran dan kian menyelami bagaimana sosok Dilan kepadanya serta sebesar apa cinta remaja pria yang juga ketua geng motor Bandung itu.. Meski begitu, keduanya sama-sama belum menyatakan cinta. Tak hanya pulang sekolah bareng, bergandengan tangan dan telepon-teleponan di malam hari, Milea bahkan bisa membujuk Dilan agar tak lagi ikut tawuran antar geng motor.

Detail Film

Tanggal Tayang: 25 Januari 2018

Durasi: 1 jam 50 menit

Sutradara: Pidi Baiq, Fajar Bustomi

Penulis: Pidi Baiq, Titien Wattimena

Pemain: Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Vanesha Prescilla, Yoriko Angeline

Genre: Drama, Romance

Rate: 7.3/10 (IMDB.com)

Dua Garis Biru (2019)

Dua Garis Biru sendiri bercerita mengenai perjalanan cinta remaja antara Bima (Angga Yunanda) dan Dara (Zara JKT48) yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Keduanya nekat melakukan hubungan seksual di luar nikah yang berdampak signifikan terhadap kehidupan mereka secara keseluruhan.Bagi sebagian orang, film Dua Garis Biru terasa agak sedikit berat, mungkin karena sarat edukasi, nggak hanya untuk cewek saja, tapi cowok juga jadi tau bahwa proses kehamilan itu nggak sederhana, apalagi hamilnya di usia remaja dan bukan dari buah pernikahan resmi.

Dara dikenal sebagai murid berprestasi yang berasal dari keluarga terpelajar. Dara pun bercita-cita setelah lulus sekolah, dia akan berkuliah di Korea untuk meraih mimpinya. Sedangkan Bima tak sespesial Dara, Bima adalah murid yang mengoleksi nilai ulangan di bawah 50, gurunya saja sampai bilang kalau Bima tak punya masa depan. Bima tumbuh di keluarga sederhana dan religius, rumahnya di gang sempit, yang temboknya tips dan saling terhubung, khas perkampungan Jakarta.

Namun semua perbedaan tersebut tak menghalangi mereka menjalin asmara. Ini sudah ditunjukkan sejak pertama film mulai, diceritakan Bima dan Dara sudah berpacaran. Rasa nyaman di antara mereka berdua ini sudah terlanjur tumbuh, hingga berkembang di luar batas norma. Ya, Dara hamil. Dara dan Bima memang tak paham konsekuensi dari apa yang sudah mereka lakukan, jadi setelah peristiwa tersebut, mereka melewati hari-hari yang berat untuk anak seusianya Banyak scene yang sangat mengharukan dan sangat emotional di film ini. Apalagi kalau anda membayangkan ketika anda yang menjadi salah satu pemeran tersebut, entah Bima atau Dara.

Detail Film

Tanggal Tayang: 11 Juli 2019

Durasi: 1 jam 53 menit

Sutradara: Ginatri S. Noer

Penulis: Ginatri S. Noer

Pemain: Adhisty Zara, Angga Yunanda, Cut Mini, Arswendi Nastuion, Dwi Sasono

Genre: Drama

Rate: 8.0/10 (IMDB.com)

Eve Maryam (2019)

Semarang, tahun 1998. Maryam (Maudy Koesnaedi), yang terlahir dari keluarga Muslim, ditugaskan untuk mengurus rumah biarawati di daerah Ambarawa. Maryam bertemu dengan tujuh biarawati tua dengan keadaan tidak terurus. Maryam merawat para biarawati yang sudah pensiun tersebut. Sehari-hari tugasnya membersihkan asrama, memandikan biarawati yang sudah tua dan menyiapkan makanan.Cerita berkembang ketika Romo Martin (Joko Anwar) berkunjung dan memperkenalkan Romo Josef (Chicco Jerikho) yang akan mengajar musik di gereja tersebut. Keduanya sama-sama terlena dalam sebuah hubungan terlarang antar pastor dan suster yang tentunya dilakukan secara diam-diam. Pergolakan batin pun terlihat ketika Suster Maryam harus memilih antara mengemban tugasnya sebagai suster atau mengakui perasaan cintanya kepada Romo Josef yang membuatnya nyaman.

Ave Maryam menggunakan alur yang berjalan sangat pelan. Membutuhkan konsentrasi lebih untuk bisa menikmati semua yang disajikan oleh film ini. Maka tak heran jika beberapa penonton yang terhanyut bisa terlelap menikmati alunan cerita dan musik yang dihadirkan.Adegan demi adegan dibuat setenang mungkin. Bahkan beberapa adegan berlalu tanpa suara, baik musik maupun dialog. Hanya menegaskan gestur dan mimik wajah karakter, atau sekadar menampilkan transisi dalam gambar yang menawan.Pegambilan gambar dan adegan merupakan salah satu daya tarik film ini. Tidak hanya sudut pengambilannya saja yang menarik (seperti ketika keduanya makan bersama di sebuah café), komposisi warna yang menenangkan, serta set dan tone yang dihadirkan juga mencuri perhatian. Memberikan nuansa sendu di sepanjang cerita.

Film ini merupakan salah satu film yang sayang untuk dilewatkan. Pasalnya Ave Maryam hanyalah satu dari sekian banyak film Indonesia yang berani mengungkapkan cerita dan pesan cinta dengan tema yang berbeda. Ave Maryam sudah pernah dibawa ke festival-festival besar di seluruh dunia dan mendapatkan sambutan yang luar biasa. Selain pernah dibawa ke Hong Kong Asian Film Festival 2018, Hanoi International Film 2018, seleksi resmi The Cape Town International Film Market and Festival 2018, serta Jogja-Netpac Asia Film Festival ke-13, dan Netpac-Geber Award.

Detail Film

Tanggal Tayang: 11 April 2019

Durasi: 1 jam 25 menit

Sutradara: Robby Ertanto

Penulis: Robby Ertanto

Pemain: Sendy Febrina, Maudy Koesnaedi, Chicco Jerikho, Joko Anwar

Genre: Romance – Drama

Rate: 7.1/10 (IMDB.com)

Imperfect (2019)

Imperfect benar-benar sukses dalam menyajikan permasalahan kompleks tentang body shaming yang hampir dirasakan oleh semua orang. Perpaduan antara drama keluarga dengan jokes-jokes receh serta totalitas pemain dalam mengambil peran berhasil membuat emosi kita naik turun. Selain itu, film ini juga mengingatkan kita bahwa insekuritas dapat dirasakan sekalipun oleh mereka yang kita nilai cantik, ganteng, dan bahkan terkenal.

Film ini bercerita tentang Rara yang sejak lahir memang secara genetik lebih mirip dengan ayahnya, berambut keriting, badan berisi dan berkulit hitam. Berbeda dengan Lulu, adiknya, yang sejak baby sudah menarik perhatian orang karena kulit putihnya, mirip seperti sang ibunda. Sang Ayah selalu menguatkan Rara bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya. Namun di satu sisi, sang ibu yang mantan model sangat memperhatikan penampilan. Selama masih ada ayahnya, Rara merasa aman karena sang ayah selalu membela dan menguatkannya. Namun suatu hari, sang ayah meninggal dalam sebuah kecelakan di tol Jagorawi. Rara pun kehilangan pelindungnya. Dia merasa semakin terkucil dan tersudutkan dengan sikap ibunya. Di matanya sang ibu hanya sayang pada Lulu, adiknya yang putih dan cantik.

Beruntung, Rara punya kekasih yang baik Dika (Reza Rahadian), dan sahabat Fey (Shareefa Danish) yang menerima dia apa adanya sebagai penyeimbang. Permasalahan ditambah lagi dikarenakanan pemikiran dari pimpinan perusahaan tempat ia bekerja, Kelvin (Dion Wiyoko) membuat Rara menyadari bahwa penampilan tak kalah penting ketika itu menyangkut jenjang karier. Mau tak mau, Rara berubah. Ia menurunkan berat badan dan mengubah penampilan. Dalam sebulan hal itu bisa tercapai. Namun, persoalannya tak sesederhana itu. Nah, disinilah film Imperfect kemudian memberi pandangan dan eksekusi lebih jauh dan pelajaran penting.

Detail Film

Tanggal Tayang: 19 Desember 2019

Durasi: 1 jam 53 menit

Sutradara: Ernest Prakasa

Penulis: Meira Anastasia, Ernest Prakasa

Pemain: Jessica Mila, Reza Rahadian, Yasmin Napper, Dion Wiyoko

Genre: Comedy, Drama, Family

Rate: 7.8/10 (IMDB.com)

Keluarga Cemara (2019)

Keluarga Cemara adalah film kekinian yang membawa tema keluarga dan akan membuat para penontonnya terhibur, sekaligus mengambil banyak pelajaran hidup yang bisa direfleksikan dengan kehidupan pribadi. Berkisah tentang sebuah keluarga yang mengalami fase transisi karena masalah kebangkrutan yang membuat perubahan besar pada kehidupan mereka.  Film ini bukanlah sebuah lanjutan ataupun remake. Tetapi, lebih ke cerita baru dengan pendekatan modern dan juga asal muasal Keluarga Cemara bisa jatuh miskin.

Abah (Ringgo Agus Rahman), sangat ingin bertahan setelah rumah dan pasca hartanya disita oleh debt collector untuk membayar hutang perusahaan kakak iparnya, dengan cara pindah sementara ke rumah di desa terpencil di Jawa Barat. Karena kasusnya kalah di pengadilan, keluarganya terancam selamanya hidup dalam kemiskinan di desa itu. Abah kini harus beradaptasi secara ekonomi bersama keluarga kecilnya, Emak (Nirina Zubir), Euis (Adhisty Zara) yang beranjak remaja, serta Cemara/Ara (Widuri Puteri) yang penuh semangat. Mereka juga harus menghadapi masalah-masalah keluarga yang perlahan mengguncang prinsip mereka bahwa “harta yang paling berharga adalah keluarga.”

Jalan cerita yang berjalan alami dan juga konflik-konflik yang cukup kuat. Konflik yang ditampilkan sebagian besar adalah konflik sehari-hari yang mungkin sering dialami dalam sebuah keluarga. Seperti Abah yang frustrasi untuk mencari pekerjaan baru, Emak yang harus berhemat saat memasak, Euis dan Ara yang harus beradaptasi, dan sebagainya. Semuanya digambarkan dengan cukup realistis dan juga sangat relatable. Meskipun konfliknya sehari-hari, dialog dan pengembangan tokohnya yang apik membuat konfliknya terasa lebih hidup dan dekat dengan penonton. Pengembangan tokoh yang kuat juga jadi salah satu kelebihan Keluarga Cemara. Dari awal sampai akhir, kita benar-benar melihat bagaimana keluarga ini dari yang awalnya kaya dan serba berkecukupan sampai menjadi jatuh miskin dan bangkrut.

Detail Film

Tanggal Tayang: 3 Januari 2019

Durasi: 1 jam 50 menit

Sutradara: Yandy Laurens

Penulis: Yandy Laurens, Ginatri S. Noer

Pemain: Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Adhisty Zara, Widuri Sasono

Genre: Drama – Family

Rate: 7.9/10 (IMDB.com)

Love for Sale (2018)

Richard Ahmad (Gading Marten) adalah cowok setengah baya yang masih nyaman menjomblo. Kesibukan menjalani bisnis warisan orangtuanya serta kegagalan masa lalu membuatnya terobsesi dengan status dan penilaian dari orang lain. Suatu hari, ada tantangan dari teman-temannya untuk membawa pasangan ke sebuah resepsi pernikahan. Richard pun mencari segala cara agar mendapatkan seorang kekasih. Salah satunya, masuk ke sebuah aplikasi penyedia teman kencan.

Love for Sale mengawali menitnya dengan penampakan yang tidak mengenakan, Richard) baru saja terbangun dari tidurnya, berkauskan singlet dan celana dalam gembel, sambil garuk-garuk anunya, laki-laki berkumis dan berperut agak buncit ini berjalan ke ruangan tengah, memutarkan “Hidupku Sunyi”-nya The Mercys di player piringan hitam kesayangan, kemudian berlanjut menyapa tetangga dari balkon rumahnya. Seperti lagu favoritnya yang dia putar setiap pagi, kehidupan Richard memang terbilang sunyi sepi, spesies jomblo akut yang terbiasa dengan kesendiriannya, tidak pernah kemana-mana kecuali nobar bola sama teman satu gengnya. Selesai bekerja di percetakan warisan orang tua, Richard hanya menghabiskan waktu menonton televisi ditemani si Kelun, seekor kura-kura yang katanya berusia belasan tahun. Tantangan untuk bawa pasangan ke sebuah acara kawinan lalu mempertemukan Richard dengan Arini Kusuma (Della Dartyan), perempuan yang nantinya tidak saja mengubah hidupnya, tetapi juga membuatnya rasakan jatuh cinta lagi.

Uniknya, Love for Sale juga mengandung kritik sosial yang halus ala obrolan warung kopi yang sangat cedas. Ritme penceritaan pun juga terjaga, membuat alurnya begitu nyaman untuk disimak dan dinikmati, senyaman hati Richard yang perlahan-lahan mulai terbuka untuk kehadiran Arini. Love for Sale tidak akan terburu-buru memaksa kita peduli, tapi juga tidak akan banyak basa-basi soal cerita dan cinta, yang pada akhirnya justru membuat kita lari. Film ini tahu cara memberikan kenyamanan, termasuk ketika berbicara soal visualnya yang menggoda dan desain produksi yang digarap seksi. Keduanya ikut andil menopang Love for Sale menjadi tontonan komedi romantis yang tidak membosankan di sepanjang durasinya. Meski terbilang mulus, kerikil-kerikil yang mengganggu tetap ada, konklusi yang ditawarkan Love for Sale sudah berhasil membuat kepala penontonnya terganggu.

Detail Film

Tanggal Tayang: 15 Januari 2018

Durasi: 1 jam 40 menit

Sutradara: Andybachtiar Yusuf

Penulis: Mohammad Irfan Ramly, Andybachtiar Yusuf

Pemain: Gading Marten, Della Dartyan, Verdi Solaiman, Adriano Qalbi

Genre: Drama – Romance

Rate: 7.4/10 (IMDB.com)

Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Film besutan Joko Anwar ini layak memprovokasi film-film horor lainnya untuk punya kualitas yang sama, atau bahkan lebih baik. Perempuan Tanah Jahanam ini adalah film yang digadang-gadang bakal cetar dan lebih seram dari Pengabdi Setan. Alasannya, film ini nggak menawarkan horor dengan tampilan setan yang lebay dan dibuat-buat. Malahan, bulu kuduk meremang bukan karena suara-suara layaknya film horor biasa, tapi justru karena jalan cerita yang mencengangkan. Joko Anwar tahu betul betapa pecinta film Indonesia haus genre horor yang nggak cuma menawarkan efek makeup total, namun timpang berkat plot yang bikin kecewa.

Film ini bermulai dengan menceritakan Maya (Tara Basro) yang menjalani kehidupan yang berat di kota tanpa keluarga. Hanya Dini (Marissa Anita) sosok paling dekat dan penting bagi Maya. Keduanya mencoba berbisnis untuk bertahan hidup namun gagal.Hingga akhirnya Maya mendapatkan informasi bahwa ia memiliki harta warisan di kampung asalnya. Bersama Dini, akhirnya mereka kembali ke kampung tempat keluarganya dulu tinggal dengan harapan bisa memperbaiki kehidupannya. Bukannya hidup lebih baik, sesampainya di sana, banyak kejadian aneh yang mulai mengganggu Maya dan juga Dini. Dari situlah awal mula misteri desa keluarga Maya dulu terungkap.

Film Perempuan Tanah Jahanam  ini sama sekali tidak mengecewakan, bahkan jauh di luar ekspektasi.Hal pertama yang membuat film ini berbeda dari film Joko Anwar sebelumnya adalah Perempuan Tanah Jahanam bukan film horor yang menakuti penonton dengan cara jumpscare. Hal tersebut justru membuat penonton yang menontonnya akan menikmati film tanpa repot untuk menutup mata. Selanjutnya, kengerian atau kisah gelap di film ini benar-benar relate dalam kehidupan nyata. Jadi membuat Anda bisa merasakan bagaimana kengerian yang dirasakan oleh Maya dan Dini.  Selain itu, banyak nilai kehidupan yang bisa penonton petik dari film ini. Seperti bagaimana pentingnya kesetiaan persahabatan dan kasih sayang di antara keluarga. Terakhir, film ini menyisipkan unsur feminisme yang jarang ditemui dai film-film horor sebelumnya.

Detail Film

Tanggal Tayang: 17 Oktober 2019

Durasi: 1 jam 46 menit

Sutradara: Joko Anwar

Penulis: Joko Anwar

Pemain: Tara Basro, Ario Bayu, Marissa Anita, Christine Hakim

Genre: Drama, Horror, Mistery

Rate: 6.8/10 (IMDB.com)

Pretty Boys (2019)

Pretty boys jatuh pada genre komedi romantis yang menceritakan soal industri pertelevisian di tanah air. Serta ambisi dan perjalanan kari dua orang sahabat yang tentunya diperankan oleh Vincent (Anugerah) dan Desta (Rahmat). Dua orang sahabat ini sejak kecil sudah bermimpi bisa masuk televisi dan menjadi terkenal. Rahmat ingin tenar agar bisa dikelilingi perempuan cantik. Sedangkan Anugerah mau masuk TV agar bisa disandingkan dengan deretan pembawa acar idolanya. Tentunya, perjuangan keduanya tidaklah mudah untuk menjadi terkenal. Belum lagi, Anugerah mendapat pertentangan dari sang ayah Jono (Roy Marten) yang menganggap dunia panggung hiburan dipenuhi hal negativ.

Meski tak mendapat restu dari sang ayah, Anugerah pun memutuskan untuk kabur dari tanah kelahirannya dan mengadu nasib di Jakarta bersama sahabatnya, Rahmat. Namun awalnya, mereka hanya bisa berkarir dan pelayan dan koki restoran. Keduanya pun lantas tak sengaja bertemu dengan Asty (Danilla Riyadi), sosok perempuan yang menjadi penyemangat untuk Anugerah dan Rahmat dalam meraih impian mereka untuk menjadi terkenal. Sampai suatu hari, Anugerah dan Rahmat bertemu dengan Roni (Onadio Leonardo) yang merupakan seorang koordinator penonton bayaran. Selain itu mereka juga bertemu dengan Bayu (Imam Darto) yang membuka jalan untuk mewujudkan mimpi mereka. Meski sudah bisa masuk dunia pertelevisian, tentunya Anugerah dan Rahmat masih dihadapkan dengan berbagai rintangan.

Cerita film ini juga menjadi menarik karena dibalut adegan komedi yang juga dekat dengan keseharian, seperti tebak-tebakan receh tapi lucu yang dilakukan Anugerah dan Rahmat, serta dialog yang menyindir film atau acara televisi. Selain dari kelakuan Anugerah dan Rahmat, film ini sebenarnya cukup menyoroti perilaku industri pertelevisian yang menempatkan perangai kewanitaan pada lelaki, alias ‘ngondek’ atau kemayu, sebagai jualan demi mengeruk rating. Terlepas dari banyak hal yang ‘ngondek’, berbagai dialog dan adegan itu dalam ‘Pretty Boys’ bisa diartikan sebagai kritikan terhadap industri pertelevisian yang kerap mengeksploitasi sebagian pihak hanya untuk objek penarik pundi-pundi. Meski cukup sering disinggung, hampir tidak ada dialog atau adegan secara lugas yang mendiskriminasi kelompok tersebut dalam film ini.

Detail Film

Tanggal Tayang: 19 September 2019

Durasi: 1 jam 40 menit

Sutradara: Imam Darto

Penulis: Imam Darto, Tompi

Pemain: Vincent Ryan Rompies, Deddy Mahendra Desta, Danilla Ryadi, Onadio Leonardo

Genre: Comedy, Drama

Rate: 6.8/10 (IMDB.com)

Preman Pensiun (2019)

Sinetron Preman Pensiun adalah salah satu acara yang mampu menghibur masyarakat Indonesia saat tayang di RCTI. Kisah tentang Kang Bahar (almarhum Didi Petet) mantan preman yang punya banyak anak buah dan memutuskan pensiun di masa tuanya. Kini sinetron itu diangkat ke layar lebar dengan mengangkat kisah yang sama tentang kehidupan Muslihat dan mantan anak buahnya. Setelah tiga tahun dibubarkan oleh Kang Mus (aktor Epy Kunandar) dan menjalani kehidupan normal, Gobang (Dedi Moch Jamasari) kembali ke pasar. Ia mengumpulkan rekan-rekan lamanya seperti Ujang (M Fajar Hidyatullah), Bohim (Kris Tato) dan Dikdik (Andra Manihot). Gobang ternyata ingin menyelidiki kasus pengeroyokan yang menewaskan adik iparnya. Namun ia enggan untuk melibatkan Kang Mus.

Di sisi lain, Kang Mus sedang dilanda kekhawatiran lantaran sang anak, Safira (Safira) mulai beranjak dewasa dan dikencani oleh seorang pemuda. Lalu, Kang Mus juga bertemu dengan Kinanti (Tya Arifin), anak Kang Bahar (almarhum Didi Pepet) yang membawa kenangannya bersama mantan bos preman yang paling diseganinya. Belum lagi kisah lucu Dikdik dan Imas (Soraya Rasyid) serta kekompakan Kang Pipit (Ica Naga) dan Kang Murad (Deny Firdaus) yang mengocok perut dengan dialog dan keluguan mereka.

Kisah di film “Preman Pensiun” dibuat lebih kompleks namun tidak meninggalkan ciri khas versi serial televisinya. Komedi satir yang dikemas dengan dialog-dialog yang ringan dan pas, masih kental disajikan di film ini. Pada serial televisi, Kang Mus diceritakan sebagai sosok yang memiliki ketegasan pada anak buahnya. Kali ini sisi Kang Mus yang lain diperlihatkan, bagaimana menghadapi kenyataan bahwa putrinya telah dewasa, berhadapan dengan ibu mertua serta kesedihannya karena kehilangan Kang Bahar yang selalu menjadi panutannya.  Ada juga bagian di mana Kang Mus merasa frustasi karena tidak bisa menjalankan amanat yang telah diberikan oleh Kang Bahar. Epy Kusnandar pun sangat lihai memainkan emosi serta karakter yang berubah-ubah tiap saat.

Detail Film

Tanggal Tayang: 17 Januari 2019

Durasi: 1 jam 34 menit

Sutradara: Aris Nugraha

Penulis: Aris Nugraha

Pemain: Epy Kusnandar, Tia Arifin, Soraya Rasyid, Dedi Moch Jamasari

Genre: Comedy, Crime, Drama

Rate: 7.0/10 (IMDB.com)

Kucumbu Tubuh Indahku (2019)

Film ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang Juno, dari kecil hingga dewasa yang penuh dengan pengalaman hidup traumatis. Juno kecil (Raditya Evandra) lahir di desa terpencil di daerah Jawa yang terkenal karena banyak penduduknya berprofesi sebagai Lengger Lanang, sebutan untuk penari laki-laki yang menarikan tarian perempuan. Pada saat Juno masih kecil, para penonton dibawa ke alam pemikiran anak, yang masih sederhana dan tidak mengenal yang namanya tabu maupun pantang. Ini terlihat dari tingkah ceria Juno saat menjual hasil buruannya kepada para pengemudi truk yang lewat di jalan.

Juno kecil terlihat sangat dewasa, dan mampu mengurus dirinya sendiri karena Bapaknya sendiri menderita tekanan mental yang luar biasa, sehingga membuatnya sering bertingkah laku aneh termasuk mandi di sungai. Lingkungan tempat tinggalnya yang tidak membedakan antara sisi maskulin dan feminim dari seseorang yang membentuk jati diri Juno yang tergambar dari film ini. Selain itu Juno melulu mengalami takdir yang selalu mempertemukan dirinya akan kekerasan, kasih sayang, dan kepergian dengan bentuk yang berbeda-beda. Sesuai dengan judulnya, Kucumbu Tubuh Indahku, perjalanan Juno adalah perjalanan yang membawanya menemukan keindahan tubuhnya lewat berbagai pengalaman yang melibatkan tubuhnya.

Alur cerita menyentuh pula segi politik dan kepercayaan tertentu yang masih melekat pada segelintir orang, terutama yang menginginkan kekuasaan dengan cara apapun. Namun dengan cuilan humor, membuat film ini seolah mempunyai irama kehidupan tersendiri. Dari bawah lalu ke atas, amarah, keceriaan, humor, kesedihan, seolah tercampur baur menjadi satu dan masuk ke dalam tubuh para penari lengger ini. Film ini ibaratnya adalah sajian makanan dengan menu lengkap, yang memperhatikan cita rasa dan paduan penataannya, sehingga menghasilkan sebuah karya yang istimewa bagi para penontonnya. Soundtrack film ini juga sangat mengasyikkan didengarkan, lagu-lagu lama dikemas kembali dan dengan manis berpadu dalam jalan cerita dan memberi makna tersendiri pada adegan yang disisipinya. Salah satu lagu yang seolah melekat dengan Juno dan saat harus berpindah untuk menjalani hidup baru adalah lagu Apatis yang dinyanyikan oleh Mondo Gascaro.

Detail Film

Tanggal Tayang: 18 April 2019

Durasi: 1 jam 45 menit

Sutradara: Garin Nugroho

Penulis: Garin Nugroho

Pemain: Muhammad Khan, Raditya Evandra, Rianto, Sujiwo Tejo

Genre: Drama

Rate: 7.5/10 (IMDB.com)

Love For Sale 2 (2019)

Love for Sale 2 menceritakan kisah Indra Tauhid alias Ican yang sudah dewasa tapi belum kunjung menikah). Ican, anak tengah dari tiga bersaudara. Kakak tertua, Ndoy (Aryo Wahab) dianggap salah memilih istri karena bukan orang Padang. Sementara itu, si bungsu, Buncun (Bastian Steel), menikah muda, tetapi pernikahannya segera berantakan. Oleh karena itu, Ros sangat berharap pada Ican untuk dapat memiliki istri sesuai harapan. Ican sendiri belum mau serius menikah. Ia menikmati kehidupannya yang dipenuhi affair sana-sini. Meski tetap mau mencoba kencan dengan calon pilihan orangtua, ternyata tidak cocok dengan selera Ican.

Bosan terus-menerus diteror, Ican memutuskan untuk memesan pasangan palsu melalui aplikasi Love Inc. Muncullah Arini Chaniago, perempuan Padang yang menjadi idaman semua ibu mertua: cantik, ramah, pintar memasak, dan pandai mengambil hati. Persoalan yang diangkat Love for Sale 2 sangat umum di banyak keluarga di Indonesia. Amat wajar jika banyak orang akan merasa sangat relate dan berharap bisa menggunakan jasa Love Inc. Karakter Arini boleh jadi memang dibiarkan misterius. Namun, penonton, seperti juga Ican, akan bertanya-tanya, mengapa ia mau melakukan pekerjaan tersebut. Lalu, bagaimana pula rasanya menjalankan pekerjaan tersebut. Lover for Sale 2 tidak membawa karakter Richard yang diperankan oleh Gading Marten. Angga Dwimas Sasongko selaku eksekutif produser Love for Sale 2 mengatakan Richard tidak dibahas kembali karena ingin memberi panggung untuk Della Dartyan dan karakternya, Arini

Love for Sale 2 juga berhasil mengangkat kehidupan masyarakat menengah (ke bawah) Ibu Kota yang hidup di gang-gang padat dalam tampilan sinematografi yang enak ditonton. Lebih menariknya lagi, cerita Love for Sale 2 tidak hanya berfokus pada tiga tokoh utama Arini, Ican, dan Rosmaida. Namun, karakter-karakter pendukung lainnya tak kalah memberi dinamika cerita lebih kompleks yang membuat penasaran, tanpa terasa bosan. Konflik demi konflik mengalir begitu saja, tak terasa dibuat-buat. Sejumlah karakter pendukung di antaranya adalah kakak dan adik Ican, Anandoyo Tauhid Sikumbang alias Ndoy (Aryo Wahab) dan Yunus Tauhid Sikumbang alias Buncun (Bastian Steel), kemudian ada geng Sikumbang, yakni Surya, Romli, dan Jaka (Abdurrahman Arif, Revaldo, dan Adriano Qalbi), Daeng Ibrahim (Yayu Unru), serta Maya (Putri Ayudya).

Detail Film

Tanggal Tayang: 31 Oktober 2019

Durasi: 1 jam 32 menit

Sutradara: Andibachtiar Yusuf

Penulis: Mohammad Irfan Ramly, Andibachtiar Yusuf

Pemain: Della Dartyan, Adipati Dolken, Ratna Riantiarno, Ariyo Wahab

Genre: Drama, Romance

Rate: 6.9/10 (IMDB.com)

Aruna dan Lidahnya (2018)

Aruna dan Lidahnya mengisahkan tentang persahabatan, namun juga menyisipkan petualangan wisata kuliner dengan dibumbui konflik serta konspirasi. Film ini menyorot petualangan seorang wanita ahli epidemiologi bernama Aruna (Dian Sastrowardoyo). Suatu hari ia ditugaskan oleh kantornya untuk meneliti sebuah virus pandemik flu burung di beberapa daerah. Ada empat kota yang harus ia datangi, di antaranya Surabaya, Pamekasan, Pontianak dan Singkawang.

Di saat yang bersamaan, sahabat Aruna yang bernama Bono (Nicholas Saputra) ingin mengajaknya untuk berlibur sejenak. Profesinya yang seorang chef membuat Bono harus kreatif dalam mengolah makanan. Dengan maksud ingin mencari inspirasi dari kuliner berbagai daerah, untuk itu lah ia ingin terlibat dalam investigasi Aruna. Tak disangka, sesampainya di Surabaya, Aruna dan Bono kedatangan sahabat mereka yang sudah lama tinggal di luar negeri bernama Nadezhda (Hannah Al Rashid). Karena ingin menyelesaikan buku kulinernya, Nad pun tergoda ingin pulang ke Indonesia dan mengikuti perjalanan Aruna berwisata ke empat daerah itu tadi.

Selama melakukan perjalanan, Aruna dan teman-temannya mengalami berbagai hal yang seru dan tidak terlupakan. Tentu saja, dalam memulai investigasinya, Aruna tak sendiri. Seorang pria yang pernah singgah sejenak di masa lalunya hadir kembali. Pria bernama Farish (Oka Antara) itu membuat perjalanan mereka bertiga semakin berwarna. Terlebih konflik batin yang tak terselesaikan antara Aruna dan Farish justru membuat jalan cerita makin greget. Pada intinya, film ini tak hanya menyorot kelezatan makanan nusantara namun juga catatan perjalanan Aruna dengan sahabat dan seseorang yang pernah ia cintai.

“Aruna dan Lidahnya” memang mengalir dengan santai tapi tetap dalam. Ketika menonton film ini kita serasa ikut berpetualang dengan mereka. Dialog dan adegan dalam film ini biasa terjadi sehari-hari di pergaulan. Meski demikian, tetap mengandung filosofi yang mendalam tentang kehidupan. Melalui makanan mereka belajar arti hidup. Bono bilang, “Hidup ini kayak makanan, dalam sepiring ini nih, lu bisa ngerasain yang manis-semanisnya atau pahit-sepahitnya.” Sementara, hal manis lain dari film ini adalah kisah ‘kucing-kucingan’ perasaan antara Aruna-Farish dan Bono-Nad. Tak jarang, kita pun terjebak perasaan dan hubungan yang tak terucap seperti mereka.

Detail Film

Tanggal Tayang: 27 September 2018

Durasi: 1 jam 46 menit

Sutradara: Edwin

Penulis: Laksmi Pamuntjak, Titien Wattimena

Pemain: Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Hannah Al Rashid, Oka Antara

Genre: Drama, Food, Romance

Rate: 7.3/10 (IMDB.com)

Gundala (2019)

Gundala menceritakan tentang pria bernama Sancaka yang hidup di jalanan sejak orang tuanya meninggalkannya. Pengalaman pahit itu lantas membuat Sancaka jadi sosok yang sangat selfish dan cuma peduli pada dirinya sendiri. Sejak kecil Sancaka (Muzakki Ramdhan) hidup dalam luka batin yang dalam. Jiwanya mengalami teror kekerasan yang luar biasa. Ayahnya (Rio Dewanto) yang dijadikan panutan, selalu mengajarkan, “kalau ada ketidakadilan dan kita diam saja, kita bukan manusia lagi!” Nilai-nilai yang ditularkan dari “idolanya” ini, bersemayam kuat di hati Sancaka kecil. Di lain pihak, Awang (Faris Fadjar), yang menolong dan menyelamatkan nyawanya, justru mengajarkan sebaliknya. “Lo jangan suka ikut campur urusan orang lain, nanti lo jadi susah.” Dua “filosofi” yang bertentangan ini, membuatnya menjadi manusia yang labil. Ini membuat selama hidup Gundala (Abimana Aryasatya) atau Sancaka dewasa, lebih menyiksa ketimbang hajaran fisik yang menerpanya.

Pada satu masa, Sancaka terobsesi untuk membuat serum penangkal petir. Namun karena terlalu tenggelam dalam obsesinya, Sancaka pun lupa dengan orang-orang sekitar dan dirinya diputus oleh sang kekasih. Dalam kesedihan, Sancaka berlari di bawah hujan deras. Ia lantas tersambar petir dan hampir meninggal karenanya. Namun rupanya Raja Petir bernama Kronz punya rencana lain untuk Sancaka. Beliau lantas memutuskan untuk menyelamatkan Sancaka, plus memberinya kekuatan untuk mengendalikan petir. Setelah besar, Sancaka yang kemudian menjadi Gundala harus berhadapan dengan Pengkor, big boss mafia yang kejahatannya juga merangsek ke dalam dunia politik.

Gundala juga menghadirkan kritik sosial. Adegan petugas pembagi obat buat ibu-ibu hamil yang dapat disogok oleh orang tertentu, menggambarkan realitas sehari-hari masyarakat kita yang masih mudah disuap. Adegan di sebuah apartemen ada korban yang dirampok di depan banyak orang, tetapi masyarakat malah mengambil gambar kejadian itu lewat telepon seluler dan bukan menolong, menyentil perilaku sehari-hari yang tidak peka dan sebaliknya suka pamer menyebarkan peristiwa menarik paling dulu. Banyak perilaku anggota parlemen yang dikendalikan melalui remote control oleh orang yang membiayai masuk jadi anggota parlemen, juga merupakan kritik kepada kehidupan politik.

Detail Film

Tanggal Tayang: 29 Agustus 2019

Durasi: 2jam 3meniit

Sutradara: Joko Anwar

Penulis: Joko Anwar, Harya Suraminata

Pemain: Abimana Aryasatya, Tara Basro, Bront Palarae, Ario Bayu

Genre: Action, Adventure, Drama

Rate: 6.4/10 (IMDB.com)

Bumi Manusia (2019)

Bumi Manusia berkisah tentang dua sejoli Minke (Iqbaal Ramadhan) dan Annelies (Mawar Eva de Jognh). Namun karena latar belakang keduanya yang sangat bertolak belakang antara Minke hanya seorang pemuda pribumi, Jawa totok, sedangkan Annelies seorang gadis blasteran Indo-Belanda, anak dari Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti). Ketika keangkuhan hukum pada masa kolonial mencoba untuk mengacaukan hubungan Minke dan Annelies, ibunda dari Annelies Nyai Ontosoroh mencoba memberikan semangat  kepada Minke agar terus berjuang dengan  sehormat-hormatnya dan terus melawan ketidak adilan yang ada. Pada suatu hari, Minke pun jatuh cinta pada anak dari Nyai Ontosoroh, yaitu Annelies. Hubungan Minke dengan Annelies Mallema mendapatkan penolakan serta pandangan negatif dari banyak pihak. Akan tetapi Minke tidak menyerah untuk terus mencoba mendapatkan Annelies.

Meski memiliki durasi yang lumayan lama, yakni hampir 3 jam, Bumi  Manusia cukup berhasil membuat penonton untuk terus mengikuti ceritanya. Padahal, mengingat cerita yang diangkat begitu kompleks mengenai kisah kasih dua sejoli yang terjadi pada masa perseteruan antara pribumi dan pemerintahan kolonial, film ini sangat berpotensi membuat kita merasa mengantuk. Namun, karena diselingi dengan adegan-adegan ringan seputar romansa dan komedi, filmnya cukup berhasil menjaga perhatian penonton. Salah satu aspek yang menyita perhatian saya sinematografi film ini. Bagaimana kamera bergerak, framing, dan hal-hal teknis lainnya berhasil memanjakan mata. Salut kepada Ipung Rachmat Syaiful sebagai sinematografi film ini.

Hal lain yang sangat patut diapresiasi adalah scoring sepanjang durasi. Banyak momen jadi lebih mengena karena adanya sentuhan nada-nada yang ditata sedemikian rupa. Terlebih lagi terdengan begitu mewah dan megah di telinga, maka untuk mendapatkan pengalaman terbaik merasakan atsmosfer haru, tegang, dan lainnya sudah pasti tontonlah di bioskop. Itu sudah cara yang paling benar. Secara singkat, film Bumi Manusia adalah karya yang pantas untuk dihargai dan dirayakan sebagai salah satu sejarah yang membanggakan.

Detail Film

Tanggal Tayang: 15 Agustus 2019

Durasi: 3jam 1menit

Sutradara: Hanung Bramantyo

Penulis: Pramoedya Ananta Toer, Salman Aristo

Pemain: Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Sha Ine Febriyanti

Genre: Drama, History

Rate: 6.6/10 (IMDB.com)

Itulah daftar film Indonesia terbaik pada tahun 2018 – 2019 yang wajib kalian tonton. Dari beberapa film diatas, mana yang paling membuat kalian tertarik tonton atau memberikan kesan ataupun nilai ke kalian? share pada kolom komentar ya