Aturan PBESI Dipublikasikan, Dicerca Banyak Orang Karena Dianggap Monopoli?

PBESI atau Pengurus Besar Esports Indonesia memang menambah satu lagi organisasi yang masuk ke ekosistem tersebut. Selain PBESI sudah ada iESPA dan lainnya. Tetapi anehnya, muncul lagi birokrasi tidak jelas yang bisa menghambat pertumbuhan esports.

Berbicara mengenai perkembangan industri esports memang tidak akan bisa mulus jika di Indonesia. Terlebih belakangan ini ada perbincangan mengenai adanya aturan PBESI tidak jelas di mata banyak orang. Hal ini akan kita bahas bersama.

PBESI atau Pengurus Besar Esports Indonesia memang menambah satu lagi organisasi yang masuk ke ekosistem tersebut. Selain PBESI sudah ada iESPA dan lainnya. Tetapi anehnya, muncul lagi birokrasi tidak jelas yang bisa menghambat pertumbuhan esports.

Bagi yang tidak tahu baru-baru ini PBESI mengeluarkan draft mengenai peraturan video games dan esports. Bagi yang penasaran kalian bisa akses PDF tersebut disini. Yang jadi masalah adalah adanya beberapa poin yang akan kita kulik.

Aturan PBESI Tidak Jelas

Pertama, mari kita kulik di bab XVIII mengenai Game dan Penerbit Game. Dalam bab tersebut ada banyak sekali poin yang agak kurang begitu baik. Hal ini melihat adanya beberapa birokrasi yang dianggap bisa mempersulit perkembangan.

Bisa kalian perhatikan di poin nomor 2 sampai 9. Banyaknya birokrasi yang perlu agar game bisa di “terima” oleh aturan PBESI kembali lagi kepada mereka. Jadi jika publisher atau dev tidak memiliki izin maka jangan bermimpi bisa menjalankan kompetisi disini.

(2) PBESI merupakan satu-satunya induk organisasi cabang
olahraga yang berhak menentukan suatu Game untuk dapat
diakui sebagai Esports di Indonesia.
(3) Game yang terdaftar oleh PBESI dapat beroperasi di
Indonesia.
(4) Game yang diakui sebagai Esports oleh PBESI dapat
dimainkan dalam Liga Esports atau Turnamen Esports yang
diakui oleh PBESI sebagai olahraga prestasi.
(5) Penerbit Game wajib mendaftarkan Game yang
diterbitkannya pada PBESI untuk dapat beroperasi di
Indonesia.
(6) Penerbit Game yang menginginkan Game terdaftar miliknya
diakui sebagai Game Esports secara nasional wajib
melakukan permohonan kepada PBESI.
(7) Permohonan pengakuan sebagai Game Esports pada PBESI
harus memiliki persyaratan:
a. Game tersebut sudah diterima oleh masyarakat Indonesia
secara luas; dan
b. memiliki sistem pertandingan kompetitif antarpemain
(player vs player) atau antartim (team vs team).
(8) Game yang diakui oleh PBESI sebagai Game Esports dapat
diikutsertakan dalam Liga Esports dan/atau Turnamen
Esports yang diakui oleh PBESI.
(9) PBESI bekerja sama dengan aparat penegak hukum dan
pihak terkait untuk menghapus atau menghentikan akses
dari suatu Game dan Game Esports yang tidak diakui oleh
PBESI.

PBESI merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki hak untuk menentukan game bisa diakui atau tidak. Selanjutnya mereka juga yang memiliki hak bisa memiliki kompetisi atau tidak. Bisa dibilang mereka punya hak terlalu luas dalam satu bidang.

Anehnya, banyak sekali memang game yang bisa masuk kedalam esports padahal berawal dari komunitas dan grassroots yang mana tidak akan mudah mendapatkan izin ini. Misalnya Sim Racing seperti Forza, Asseto Corsa, F1 dan juga FGC misalnya Tekken, Street Fighter, dan lainnya.

Yang paling menonjol berada di poin ke-5 sampai 7.  Anehnya para publisher harus mengantongi izin jka mereka ingin membuat kompetisi di Indonesia. Misalnya jika ada kompetisi seperti WCG, Dreamhack, ESL, atau EVO ya jika tidak memiliki izin organisasi ini maka tidak bisa membuka kompetisi.

Tapi bagaiman izinnya agar mereka bisa masuk. Melansir poin 7 bahwa harus diterima masyarakat dan sistem pertandingan kompetitif ini saja sudah aneh. Pertama, masyarakat itu masyarakat yang mana? Apakah hanya yang di industri esports atau semua di Indonesia.

Lalu perihal harus memiliki sistem pertandingan kompetitif, hal ini saja bisa sudah mencoret FGC seperti Smash Bros Melee yang kompetisinya, bisa dibilang lebih ke komunitas mereka. Hal ini hanya menguntungkan perusahaan juga team besar saja dari aturan PBESI tersebut.

Aturan Lebih Condong Ke Arah Liga?

Terlihat memang aturan ini terlalu rumit dan mempersulit jika adanya kompetisi “abu-abu”. Tapi banyak orang yang berpendapat bahwa ini merupakan aturan yang dibuat untuk kompetisi besar yang memiliki sistem liga.

Memang sebagai game yang memiliki sistem liga berjalannya kompetisi tidak bisa sembarangan. Butuh adanya aturan solid dan juga pengawasan dari pihak berwajib. Hal ini agar pemain dan team mereka tidak terugikan jika ada keputusan kurang baik.

Tapi pertanyaannya apakah hal ini bisa berjalan manis dengan kompetisi yang lebih grassroots. Beberapa orang menunjukan bahwa adanya dukungan publisher kepada PBESI ada yang aneh karena publisher yang mendukung lebih banyak ke game mobile saja.

Untuk Esports misalnya di konsol atau PC mungkin tdak akan mendapatkan perlakuan yang sama. Hal ini yang membuat banyak orang agak takut dengan aturan yang muncul. Lalu muncul lagi pertanyaan bagaimana nasib developer indie?

Jadi bayangkan kalian dev game apapun itu genrenya, tapi komunitasi kalian besar dan bahkan ada kompetisi juga inhouse leaguenya. Sayangnya kalian tidak bisa melewati birokrasi ini dan tidak mengatongi izin dari aturan PBESI.

Tentunya bentuk monopoli ini yang bisa sangat buruk bagi para pemain, komunitas, juga developer/publisher yang bersangkutan. Terlebih lagi publisher yang mendukung hanya publisher mobile gaming saja dan bisa jadi pertanda buruk.

Hanya Didukung Publisher Mobile Gaming?

Jika kalian buka website dari PBSI dan scroll sebentar kebawah ada beberapa team, media, dan publisher yang mendukung. Menariknya dari publisher yang mendukung sebagian besar hanya publisher game mobile saja yang ada disini.

Tidak ada publisher atau perusahaan yang berasal dari game konsol atau PC yang besar (Kecuali Tencent yang memiliki Riot mungkin). Dukungan ini membuat banyak orang bingung karena mengapa tidak reach out ke publisher besar lainnya.

Misalnya Sony yang memiliki EVO, Valve yang memiliki CS dan Dota, EA dengan Apex, Activision/Blizzard dengan OW dan CoD, juga lainnya. Apakah mereka akan kesulitan jika ingin membuka kompetisi disini, kembali lagi kepada birokrasi yang rentan monopoli tersebut.

Aturan yang Rentan Monopoli ?

Lalu kalian lihat poin ke 8 dan 9 yang agak aneh. Aturan PBESI punya hak untuk Hanya game yang diakui PBESI bisa membuat liga dan kompetisi di Indonesia. Tidak hanya itu, mereka bisa bekerja sama dengan pihak berwajib untuk menghapus dan melaran game yang masuk.

Dari sini saja sudah terilhat bahwa adanya bau-bau monopoli yang bisa terjadi tercium keras. Bukan hal baik bagi industri atau ekosistem esports Indonesia karean bisa memperlambat perkembangan mereka disini.

Sementara itu, definisi esports adalah sebuah kegiatan kompetitif dan seharusnya tidak berhak PBESI memblokir sebuah game yang tidak memiliki ranah kompetisi maupun game dengan ranah kompetisi. Karena sebuah game adalah produk bukan sebuah kegiatan kompetisi, artinya menurut kami, PBESI yang seharusnya mewakili kegiatan esports tidak perlu untuk melakukan penghapusan sebuah game.

Bahkan negara-negara yang memiliki lembaga esports atau bahkan sudah mengakui esports sebagai atlet tidak memiliki aturan seperti ini. Jika satu organisasi diberikan kekuatan terlalu besar seperti ini, mungkin Indonesia akan selalu tertinggal jauh.

Harus di Revisi!

Menurut kami, aturan ini harus direvisi hal ini karena banyak aturan yang mengekang terutama pada publisher-publisher game lokal maupun internasional yang ingin memperkaya ekosistem esports Indonesia.

PBESI yang selaku pengurus besar esports Indonesia, seharusnya lebih melakukan dukungan bentuk ekosistem bukan membuat aturan yang akan mengekang ekosistem esports itu sendiri. So, Bagaimana menurut kalian dengan aturan PBESI kali ini?

Website ini menggunakan Coookie untuk kestabilan akses, Apakah kamu menerimanya? Terima!Detail Tetang Cookie