Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) akan masukkan Esports ke dalam kurikulum sekolah. Wacana itu sudah dikomunikasikan dengan Kemendikbud dan Kemenpora.
Saat ini game tidaklah lagi sebagai pengisi waktu saja atau bahkan anggapan negatif. Game kini telah menjadi industri yang besar dengan menjangkau berbagai komunitas masyarakat, tak hanya anak-anak saja melainkan juga orang dewasa.
Beberapa game kompetitif pun masuk ke dalam kategori esports. Bahkan sudah ada beberapa esports game yang masuk ke dalam kategori di ajang pekan olahraga.
Indonesia pun dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 di Papua lalu juga melibatkan beberapa esports game sebagai kategori perlombaan.
Dengan adanya fakta-fakta di atas maka game dalam kategori esports telah diakui sebagai sebuah olahraga yang memberikan dampak positif.
Bahkan industri esports saat ini semakin besar beriringan dengan semakin luasnya komunitas esports di seluruh dunia.
PBESI Akan Masukkan Esports ke Dalam Kurikulum Sekolah
Besarnya industri esports di dunia saat ini membuat Persatuan Besar Esports Indonesia (PBSEI) mempertimbangkan agar esports bisa masuk ke dalam kurikulum sekolah.
Ashadi Ang, selaku Ketua Bidang Humas dan Komunikasi PBESI memberikan pandangannya mengneai wacana dari PBESI ini. Bahkan ia telah membangun kerja sama dengan Kemendikbud dan Kemepora untuk bisa mewujudkan rencananya ini.
Tentu tujuan dari pihak PBESI ini ialah untuk memperkenalkan industri esports ke kalangan anak sekolah, bukan justru membuat anak sekolah jadi kecanduan bermain game.
Dengan masuknya esports ke dalam kurikulum akan meluruskan pandangan mengenai esports, yakni sebagai industri yang tengah berkembang saat ini.
Polemik yang Dapat Ditimbulkan dari Wacana Masuknya Esports ke Kurikulum Sekolah
Tentunya wacana masuknya esports ke kurikulum sekolah ini menjadi agak kontroversi dan akan membuahkan penolakan dari berbagai pihak, khususnya dari pihak keluarga.
Seperti yang kita tahu bahwa sempat ada laporan terhadap beberapa game. Laporannya pun beragam, mulai dari kekerasan yang ditampilkan di game, efek kecanduan, serta konsumsi yang berlebih dari anak-anak.
Jika esports masuk ke dalam kurikulum pasti akan ada polemik semacam itu, baik dari pihak orang tua ataupun justru dari pihak sekolah.
Hal itu wajar karena game dianggap bertolak belakang dengan belajar. Maka dari itu mari kita tunggu bagaimana kelanjutan wacana dari PBESI ini ke depannya!
